BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pengembangan kurikulum merupakan
bagian yang sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum
untuk sebuah lembaga pendidikan tertentu pada umumnya sudah ada, artinya telah
di susun sebelumnya oleh para perencana kurikulum. Tugas tenaga pendidik hanya
sebagai melaksanakan, membina dan dalam batasan tertentu mengembangkan
kurikulum tersebut. Menurut A. Herry dkk. (2003 : 1.14) pengembangan kurikulum
merupakan tahap lanjutan dari pembinaan kurikulum, yaitu upaya meningkatkan
dalam bentuk nilai tambah dari apa yang telah dilaksanakan sesuai kurikulum
potensial. Upaya ini dapat dilaksanakan apabila telah ada langkah penilaian
dalam tahapan sebelumnya terhadap apa yang telah dilaksankan.dan pembinaan
kurikulum yang sedapat mungkin diatasi, serta dicarikan upaya lain yang lebih
baik sehingga di peroleh hasil yang optimal. Menurut A. Herry dkk. ( 2003 :
1.14) pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan suatu proses yang berkelanjutan
dalam suatu siklus dari beberapa komponen yang berdasarkan pada landasan
pengembangan kurikulum.
Gambar
: Siklus Kurikulum
Dari
gambar di atas dapat diketahui peranan pengembangan kurikulum dalam sebuah
kurikulum yang sangat penting, oleh sebab itu sangatlah penting mengetahui
komponen dalam pengembangan sebuah kurikulum.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Jelaskan
pengembangan komponen strategi atau metode dalam pengembangan kurikulum!
2. Jelaskan
pengembangan komponen evaluasi dalam pengembangan kurikulum!
C.
TUJUAN
1. Mampu menjelaskan pengembangan komponen strategi
atau metode dalam pengembangan kurikulum
2.
Mampu menjelaskan
pengembangan komponen evaluasi dalam pengembangan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGEMBANGAN KOMPONEN
METODE ATAU STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN
KURIKULUM
Komponen ini
merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan
dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil
tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu.
Menurut T.
Rakjoni strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa
dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Dari dua
pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati, yaitu:
1.
Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Alasan-alasan
perlunya perencanaan strategi mengajar:
a. Agar
kurikulum yang direncanakan dapat mencapai tujuan
b. Agar
pelajaran yang sama yang diberikan oleh pendidik dilakukan secara konsisten
sehingga tidak merugikan kelas tertentu.
c. Membantu
guru memberi pelajaran yang efektif serta menarik dengan menyediakan sumber
belajar yang memadahi.
2.
Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal.
Metode juga
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam satu
strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda dengan
metode. Strategi menunjuk pada a plan of
operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something. Istilah lain yang juga memiliki
kemiripan dengan strategi adalah pendekatan ( approach ). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan strategi maupun
metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran. Roy Killer (1998), ada dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu:
a.
Pendekatan yang berpusat pada guru ( teacher centered approaches )
b.
Pendekatan yang berpusat pada siswa ( student centered approach )
Rowntree
(1974), strategi pembelajaran dibagi atas:
a.
Strategi Exposition
dan Strategi Discovery Learning
b.
Strategi Groups
dan Individual Learning
Terdapat perbedaan
dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki
konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak
dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan
informasi-intelektual,–sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh kalangan
pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian,
maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru.
Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai
pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai
obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru.Metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik)
secara massal, seperti ceramah atau seminar.Selain itu, pembelajaran cenderung
lebih bersifattekstual.
Strategi
pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan
progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam
suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik
secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan
kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk
memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang
menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran
cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang
digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat
individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif),
seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing,
diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini,
guru tidak banyak melakukan intervensi.Peran guru hanya sebagai fasilitator,
motivator dan guider.Sebagai fasilitator, guru berusaha
menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta
didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan
menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar.Sedangkan
sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha
mengenal para peserta didiknya secara personal.
Selanjutnya,
dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan pentingnya
penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi
pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi
seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran teknologis masih
dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual. Dalam
pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap
muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik
lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director
of learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk
melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah didesain
sebelumnya.
Berdasarkan
uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan strategi
pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan
keunggulannya tersendiri.
Pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran.
Pembelajaran pada dasarnya proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ini
sangat penting dipahami sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana
cara mencapainya. Komponen strategi pembelajarn yang berbeda memiliki pengaruh
yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajarannya. Kondisi pembelajaran
yang berbeda umpamanya, karakteristik isi bidang studi dengan karakteristik
siswa bis memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pelajaran.
Berikut
ini bebrapa pertimbangan yang digunakan sebagai pegangan untuk memilih strategi
pembelajaran dalam pengembangan kurikulum:
a. Apakah
tujuan itu bersifat kognitif, afektif atau psikomotor?
b. Apakah
tujuan banyak memrlukan reinforcement atau ulangan?
c. Apakah
diperlukan partisipasi aktif dari siswa, secara individual, kelompok kecil,
atau kelompok besar?
d. Apakah
diperlukan ketrampilan mengenai proses penelitian ilmiah?
e. Apakah
tersedia atau harus disediakan sumber-sumber pembelajaran?
f. Apakah
strategi pembelajaran itu sesuai dengan asas kurikulum dan misi lembaga
tersebut?
g. Apakah
strategi pembelajaran itu cukup menguntungkan dari segi waktu, biaya, dan usaha
yang diperlukan?
h. Apakah
diperlukan lebih dari satu strategi untuk mencapai tujuan itu?
i.
Apakah strategi sudah sesuai
dengan gaya belajar siswa?
3.
Ketiga, adanya sumber mengajar,
harus diusahakan pada tingkat pedoman kurikulum. Pada tahap ini semua pendidik
bersama-sama menyiapkan segala sumber pembelajaran yang diperlukan.
B.
PENGEMBANGAN
KOMPONEN EVALUASI DALAM KURIKULUM
Evaluasi merupakan salah satu komponen
kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan
melalui kurikulum yang bersangkutan. Jenis penilaian tergantung pada
tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Kurikulum dapat dipandang dari dua
sisi. Sisi pertama kurikulum sebagai suatu program pendidikan atau kurikulum
sebagai suatu dokumen dan sisi kedua kurikulum sebagai suatu proses atau
kegiatan. Langkah-langkah dalam evaluasi:
1. Merumuskan tujuan evaluasi
2. Mendesain proses dan metodologi
evaluasi
3. Mengumpulkan, menyusun dan mengolah
data
4. Menganalisis data dan menyusun
laporan mengenai hasil-hasil, kesimpulan dan rekomendasi.
1.
Tujuan evaluasi
Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau
dari tiga dimensi, yakni dimensi I (formatif-sumatif), dimensi II
(proses-produk) dan dimensi III ( operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa).
Oleh sebab ketiga dimensi itu masing-masing mempunyai dua komponen, maka
keseluruhan evaluasi terdiri dari enam komponen yang bertakaitan satu sama
lainnya.
a.
Dimensi I
·
Formatif : evaluasi dilakukan sepanjang
pelaksanaan kurikulum. Data dikumpilkan dan dianalisis untuk menemukan masalah
serta mengadakan perbaikan sedini mungkin.
·
Sumatif : proses evaluasi dilakukan pada akhir
jangka waktu tertentu, misalnya pada akhir semester , tahun pelajaran atau
setelah lima tahun untuk mengetahui evektifitas kurikulum dengan menggunakan
semua data yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses implementasi
kurikulum
b.
Dimensi II
·
Proses : yang dievaluasi ialah metode dan
proses dalam pelaksanaan kurikulum. Tujuannya ialah untuk mengetahui metode dan
proses yang digunakan dalam implementasi kurikulum. Metode apakah yang
digunakan? Apakah tepat penggunaannya? Apakah berhasil baik atau tidak?
Kesulitan apa yang dihadapi?
·
Produk :
yang dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata, yang dapat dilihat dari silabus,
satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh guru dan
hasil-hasil siswa berupa hasil test, karangan, termasuk tesis, makalah, dan
sebagainya.
c.
Dimensi III
·
Operasi : disini dievaluasi keseluruhan proses
pengembangan kurikulum termasuk perencanaan , disain, implementasi,
administrasi, pengawasan, pemantauan dan penilaiannya. Juga biaya, staf
pengajar, penerimaan siswa,pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu
·
Hasil belajar siswa : disini yang dievaluasi
ialah hasil belajar siswa berkenaan dengan kurikulum yang harus dicapai,
dinilai berdasarkan standar yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan
determinan kurikulum, misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari pihak
konsumen luar.
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang
tidak pernah berakhir (Olivia, 1988 ). Proses tersebut meliputi perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektifitas pencapaian tujuan. Fungsi evaluasi menurut Scriven ( 1967 ) adalah
evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi
sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokan
kedalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.
a.
Tes
Tes digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasai
materi pmbelajaran. Hasil tes biasanya diolah secara kuantitatif. Proses
pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan setelah berakhir pembahasan satu pokok
bahasan, atau setelah selesai satu caturwulan atau satu semester.
·
Kriteria Tes sebagai Alat Evaluasi
Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes
harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes
sebagai suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat
mengukur yang hendak diukur. Tidak dikatakan tes memiliki tingkat validitas
seandainya yang hendak diukur kemahiran mengoprasikan sesuatu, tetapi yang
digunakan adalah te tertulis yang mengukur keterpahaman suatu konsep. Tes
memiliki tingkat reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat
menghasilkan informasi yang konsisten. Ada beberapa teknik untuk menetukan
tingkat reliabilitas tes, yaitu :
1.
Pertama, dengan tes-retes, yaitu dengan
mengkorelasikan hasil testing yang pertama dengan hasil testing yang kedua.
2.
Kedua, dengan mengkorelasikan hasil testing
antara item ganjil dengan item genap ( idd-even method )
3.
Ketiga, dengan memecah hasil testing menjadi
dua bagian, kemudian keduannya dikorelasikan
·
Jenis-jenis Tes
Tes hasil
belajar dapat dibedakan atas beberapa jenis.
1.
Berdasarkan jumlah peserta
a)
Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap
sejumlah siswa secara bersama-sama
b)
Tes individual adalah tes yang dilakukan kepada
seorang sisw secara perorangan
2.
Berdasarkan cara penyusunannya
a)
Tes
buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru
bersangkutan. Tes buatan guru biasanya tidak terlalu memperhatikan tingkat
validitas dan reliabilitas.
b)
Tes standar adalah tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa sehingga berdasarkan kemampuan tes tersebut, tes
standar dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa pada masa yang akan
dating.
3.
Dilihat dari pelaksanaannya
a)
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan
cara menjawab sejumlah item soal dengan cara tertulis. Ada dua jenis tes yang
termasuk kedalam tes tertulis ini, yaitu tes esai dan tes objektif.
Tes esai adalah bentuk tes dengan cara siswa
diminta untuk menjawab pertanyaan secara terbuka yaitu menjelaskan atau
menguraikan melalui kalimat yang disusunnya sendiri.
Tes objektif adalah bentuk tes yang
mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan
b)
Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan
bahasa secara lisan. Tes ini bagus untuk menilai kemampuan nalar siswa. Tes
lisan hanya mungkin dapat dilakukan manakala jumlah siswa yang dievaluasi
sedikit, srta menilai sesuatu yang tidak terlalu luas akan tetapi mendalam.
c)
Tes perbuatan adalah tes dalambentuk
peragaan.tes ini cocok manakala kita ingin mengetahui kemampuan dan
keterampilan seseorang mengenai sesuatu.
b.
Non Tes
Non tes adalah
alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk
sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi,
diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala penilaian.
1.
Observasi
Observasi adalah teknik penilaian dengan cara
mengamati tingkal laku pada situasi tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu
observasi partisipatif dan non partisipatif.
a)
Observasi partisipatif adalah observasi yang
dilakukan dengan menempatkan observer sebagai bagian dimana observasi itu
dilkukan.
b)
Observasi non partisipatif adalah observasi
yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat. Artinya, observer
dalam melakukan pengamatan tidak aktif sebagai bagian dari itu, akan tetapi ia
berperan semata-mata hanya sebagai pengamat saja.
2.
Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara
yang diwawancarai dan yang mewawancarai. Ada dua jenis wawancra, yaitu
wawancara langsung dan wawancara tidak langsung.
a)
Wawancara langsung dimna pewawancara melakukan
komunikasi dengan subjek yang ingin dievaluasi.
b)
Wawancara tidak langsung dilakukan dimana
pewawancara ingin mengumpulkan data subjek melalui perantara.
3.
Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari
individu dalam periode tertentu secara terus-menerus.
4.
Skala Penilaian
Skala penilaian atau biasa disebut rating scale
merupakan salah satu alat penilaian dengan menggunakan skala yang telah disusun
dari ujung negatif sampai dengan ujung positif, sehingga pada skala tersebut
penilaian tinggal memberi tanda centang.
Persyaratan
suatu instrument penilaian adalah aspek validitas, realiabilitas, obyektivitas,
kepraktisan dan pembedaan. Penilaian harus bernilai objektif, dilakukan
berdasarkan tanggung jawab kelompok guru, rencana terkait dengan pelaksanaan
kurikulum sesuai tujuan dan materi kurikulum dengan alat ukur yang handal dan
mudah dilaksanakan serta memberikan hasil yang akurat.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik
untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan
keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum
dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang
kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan
dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat
digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya
dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan
pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta
fasilitas pendidikan lainnya.
2. Proses dan metodologi penilaian
Ada berbagai
macam model evaluasi yang dilakukan dalam mendisain proses dan metode
penilaian. Model yang digunakan tergantung sesuai tujuan evaluasi. Ada 5 macam
contoh model dalam evaluasi kurikulum:
a.
Model diskrepansi provus
b.
Model kontingensi-kontingensi stake
c.
Model CIPP Stufflebeam
d.
Model transformasi kualitatif eisnerl
e.
Model lingkaran tertutup corrigan
3. Mengumpulkan menyusun dan mengolah data
Data yang
dikumpulkan bagi evaluasi pada umumnya termasuk 2 kategori:
a.
Data “keras” berupa fakta seperti nilai test,
absensi, pembiayaan dan sebagainya
b.
Data “lunak” seperti persepsi dan pendapat orang
yang berbeda-beda.
Selanjutnya data yang terkumpul akan diolah
secara statistic maupun analitik dan harus diuraikan dengan jelas dalanm
metodologi penilaian.
4. Menganalisa dan melaporkan data
Proses analisa
data langsung berhubungan dengan tujuan evaluasi.
Laporan
evaluasi biasanya terdiri dari 3 hal:
a.
Hasil- hasil, yaitu apa yang telah ditemukan
berdasarkan data yang dikumpulkan
b.
Kesimpulan, yaitu keputusan yang dapat diambil
berdasarkan data itu dan apakah data telah cukup memadai untuk mendukung
keputusan itu
c.
Rekomendasi, apakah data cukup untuk mendukung
kelangsungan kurikulum, ataukah disarankan agar dijalankan lanjutan penilaian
agar diperoleh data yang lebih banyak.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kurikulum terdiri dari komponen-komponen yang
membentuknya, dan antara komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan
dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Komponen kurikulum
terdiri dari Tujua Kurikulum, Materi Kurikulum, Metode Kurikulum,
dan Evaluasi Kurikulum. Sebagai mana tiap komponen memiliki
peran-peran dalam menentukan agar tercipta kurikulum yang dapat berfungsi
secara optimal.
Strategi menurut T.
Rakjoni merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal-hal
penting dalam strategi antara lain:
1.
Strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
2.
Strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal.
3.
Adanya sumber belajar, untuk mendukung strategi
Tahap-tahap dalam evaluasi pengembangan
kurikulum:
1. Merumuskan tujuan evaluasi
2. Mendesain proses dan metodologi
evaluasi
3. Mengumpulkan, menyusun dan mengolah
data
4. Menganalisis data dan menyusun
laporan mengenai hasil-hasil, kesimpulan dan rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, M.A. 1995. Kurikulum
Dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Tim pengembang mkdp kurikulum dan pembelajaran.
2009. Kurikulum & Pembelajaran. Bandung. jurusan kurtekpen upi
Kenzorahman.
2013. Kurikulum- Pembelajaran- Komponen.
Html Kenzorahman.blogspot.com (diunggah tgl 28 April 2014 jam: 13:08)
Anisroiyatunisa.
2013. Komponen-Komponen-Pengembangan-Kurikulum.
Html anisroiyatunisa.blogspot.com
(diunggah tgl 28 April 2014 jam:13:23)
Zein. 2013. Komponen-Kurikulum.
Html Zein1819.Blogspot.Com (Diunggah Tgl 29 April 2014 jam: 11:07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar