Sabtu, 17 Mei 2014

pengembangan komponen strategi dan evaluasi pengembangan kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum untuk sebuah lembaga pendidikan tertentu pada umumnya sudah ada, artinya telah di susun sebelumnya oleh para perencana kurikulum. Tugas tenaga pendidik hanya sebagai melaksanakan, membina dan dalam batasan tertentu mengembangkan kurikulum tersebut. Menurut A. Herry dkk. (2003 : 1.14) pengembangan kurikulum merupakan tahap lanjutan dari pembinaan kurikulum, yaitu upaya meningkatkan dalam bentuk nilai tambah dari apa yang telah dilaksanakan sesuai kurikulum potensial. Upaya ini dapat dilaksanakan apabila telah ada langkah penilaian dalam tahapan sebelumnya terhadap apa yang telah dilaksankan.dan pembinaan kurikulum yang sedapat mungkin diatasi, serta dicarikan upaya lain yang lebih baik sehingga di peroleh hasil yang optimal. Menurut A. Herry dkk. ( 2003 : 1.14) pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan suatu proses yang berkelanjutan dalam suatu siklus dari beberapa komponen yang berdasarkan pada landasan pengembangan kurikulum.


Gambar : Siklus Kurikulum

Dari gambar di atas dapat diketahui peranan pengembangan kurikulum dalam sebuah kurikulum yang sangat penting, oleh sebab itu sangatlah penting mengetahui komponen dalam pengembangan sebuah kurikulum.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Jelaskan pengembangan komponen strategi atau metode dalam pengembangan kurikulum!
2.      Jelaskan pengembangan komponen evaluasi dalam pengembangan kurikulum!

C.    TUJUAN
1.      Mampu  menjelaskan pengembangan komponen strategi atau metode dalam pengembangan kurikulum
2.      Mampu menjelaskan pengembangan komponen evaluasi dalam pengembangan kurikulum



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGEMBANGAN KOMPONEN METODE ATAU STRATEGI  PENCAPAIAN TUJUAN KURIKULUM
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu.
Menurut T. Rakjoni strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari dua pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati, yaitu:
1.    Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Alasan-alasan perlunya perencanaan strategi mengajar:
a.     Agar kurikulum yang direncanakan dapat mencapai tujuan
b.    Agar pelajaran yang sama yang diberikan oleh pendidik dilakukan secara konsisten sehingga tidak merugikan kelas tertentu.
c.     Membantu guru memberi pelajaran yang efektif serta menarik dengan menyediakan sumber belajar yang memadahi.
2.    Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan ( approach ). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killer (1998), ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu:
a.    Pendekatan yang berpusat pada guru ( teacher centered approaches )
b.    Pendekatan yang berpusat pada siswa ( student centered approach )
 Rowntree (1974), strategi pembelajaran dibagi atas:
a.       Strategi Exposition dan Strategi Discovery Learning
b.      Strategi Groups dan Individual Learning
Terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasi-intelektual,–sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru.Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar.Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifattekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi.Peran guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan guider.Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar.Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual. Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director of learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri.
Pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ini sangat penting dipahami sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Komponen strategi pembelajarn yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajarannya. Kondisi pembelajaran yang berbeda umpamanya, karakteristik isi bidang studi dengan karakteristik siswa bis memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pelajaran.
Berikut ini bebrapa pertimbangan yang digunakan sebagai pegangan untuk memilih strategi pembelajaran dalam pengembangan kurikulum:
a.       Apakah tujuan itu bersifat kognitif, afektif atau psikomotor?
b.      Apakah tujuan banyak memrlukan reinforcement atau ulangan?
c.       Apakah diperlukan partisipasi aktif dari siswa, secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar?
d.      Apakah diperlukan ketrampilan mengenai proses penelitian ilmiah?
e.       Apakah tersedia atau harus disediakan sumber-sumber pembelajaran?
f.       Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan asas kurikulum dan misi lembaga tersebut?
g.      Apakah strategi pembelajaran itu cukup menguntungkan dari segi waktu, biaya, dan usaha yang diperlukan?
h.      Apakah diperlukan lebih dari satu strategi untuk mencapai tujuan itu?
i.        Apakah strategi sudah sesuai dengan gaya belajar siswa?
3.      Ketiga, adanya sumber mengajar, harus diusahakan pada tingkat pedoman kurikulum. Pada tahap ini semua pendidik bersama-sama menyiapkan segala sumber pembelajaran yang diperlukan.


B.     PENGEMBANGAN KOMPONEN EVALUASI  DALAM KURIKULUM
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Jenis penilaian tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Kurikulum dapat dipandang dari dua sisi. Sisi pertama kurikulum sebagai suatu program pendidikan atau kurikulum sebagai suatu dokumen dan sisi kedua kurikulum sebagai suatu proses atau kegiatan. Langkah-langkah dalam evaluasi:
1.      Merumuskan tujuan evaluasi
2.      Mendesain proses dan metodologi evaluasi
3.      Mengumpulkan, menyusun dan mengolah data
4.      Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil, kesimpulan dan rekomendasi.
1.      Tujuan evaluasi
Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni dimensi I (formatif-sumatif), dimensi II (proses-produk) dan dimensi III ( operasi keseluruhan  proses kurikulum atau hasil belajar siswa). Oleh sebab ketiga dimensi itu masing-masing mempunyai dua komponen, maka keseluruhan evaluasi terdiri dari enam komponen yang bertakaitan satu sama lainnya.
a.       Dimensi I
·         Formatif : evaluasi dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum. Data dikumpilkan dan dianalisis untuk menemukan masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin.
·         Sumatif : proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka waktu tertentu, misalnya pada akhir semester , tahun pelajaran atau setelah lima tahun untuk mengetahui evektifitas kurikulum dengan menggunakan semua data yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses implementasi kurikulum
b.      Dimensi II
·         Proses : yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam pelaksanaan kurikulum. Tujuannya ialah untuk mengetahui metode dan proses yang digunakan dalam implementasi kurikulum. Metode apakah yang digunakan? Apakah tepat penggunaannya? Apakah berhasil baik atau tidak? Kesulitan apa yang dihadapi?
·          Produk : yang dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata, yang dapat dilihat dari silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh guru dan hasil-hasil siswa berupa hasil test, karangan, termasuk tesis, makalah, dan sebagainya.
c.       Dimensi III
·         Operasi : disini dievaluasi keseluruhan proses pengembangan kurikulum termasuk perencanaan , disain, implementasi, administrasi, pengawasan, pemantauan dan penilaiannya. Juga biaya, staf pengajar, penerimaan siswa,pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu
·         Hasil belajar siswa : disini yang dievaluasi ialah hasil belajar siswa berkenaan dengan kurikulum yang harus dicapai, dinilai berdasarkan standar yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan determinan kurikulum, misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari pihak konsumen luar.
 Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (Olivia, 1988 ). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Fungsi evaluasi menurut Scriven ( 1967 ) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokan kedalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.
a.       Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasai materi pmbelajaran. Hasil tes biasanya diolah secara kuantitatif. Proses pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan setelah berakhir pembahasan satu pokok bahasan, atau setelah selesai satu caturwulan atau satu semester.
·         Kriteria Tes sebagai Alat Evaluasi
Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Tidak dikatakan tes memiliki tingkat validitas seandainya yang hendak diukur kemahiran mengoprasikan sesuatu, tetapi yang digunakan adalah te tertulis yang mengukur keterpahaman suatu konsep. Tes memiliki tingkat reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten. Ada beberapa teknik untuk menetukan tingkat reliabilitas tes, yaitu :
1.      Pertama, dengan tes-retes, yaitu dengan mengkorelasikan hasil testing yang pertama dengan hasil testing yang kedua.
2.      Kedua, dengan mengkorelasikan hasil testing antara item ganjil dengan item genap ( idd-even method )
3.      Ketiga, dengan memecah hasil testing menjadi dua bagian, kemudian keduannya dikorelasikan
·         Jenis-jenis Tes
Tes hasil belajar dapat dibedakan atas beberapa jenis.
1.      Berdasarkan jumlah peserta
a)      Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama
b)      Tes individual adalah tes yang dilakukan kepada seorang sisw secara perorangan
2.      Berdasarkan cara penyusunannya
a)       Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan. Tes buatan guru biasanya tidak terlalu memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitas.
b)      Tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sehingga berdasarkan kemampuan tes tersebut, tes standar dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa pada masa yang akan dating.
3.      Dilihat dari pelaksanaannya
a)      Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan cara menjawab sejumlah item soal dengan cara tertulis. Ada dua jenis tes yang termasuk kedalam tes tertulis ini, yaitu tes esai dan tes objektif.
*      Tes esai adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara terbuka yaitu menjelaskan atau menguraikan melalui kalimat yang disusunnya sendiri.
*      Tes objektif adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan
b)      Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara lisan. Tes ini bagus untuk menilai kemampuan nalar siswa. Tes lisan hanya mungkin dapat dilakukan manakala jumlah siswa yang dievaluasi sedikit, srta menilai sesuatu yang tidak terlalu luas akan tetapi mendalam.
c)      Tes perbuatan adalah tes dalambentuk peragaan.tes ini cocok manakala kita ingin mengetahui kemampuan dan keterampilan seseorang mengenai sesuatu.
b.      Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi, diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala penilaian.
1.      Observasi
Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkal laku pada situasi tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi partisipatif dan non partisipatif.
a)      Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan menempatkan observer sebagai bagian dimana observasi itu dilkukan.
b)      Observasi non partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat. Artinya, observer dalam melakukan pengamatan tidak aktif sebagai bagian dari itu, akan tetapi ia berperan semata-mata hanya sebagai pengamat saja.
2.      Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan yang mewawancarai. Ada dua jenis wawancra, yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak langsung.
a)      Wawancara langsung dimna pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang ingin dievaluasi.
b)      Wawancara tidak langsung dilakukan dimana pewawancara ingin mengumpulkan data subjek melalui perantara.
3.      Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus-menerus.
4.      Skala Penilaian
Skala penilaian atau biasa disebut rating scale merupakan salah satu alat penilaian dengan menggunakan skala yang telah disusun dari ujung negatif sampai dengan ujung positif, sehingga pada skala tersebut penilaian tinggal memberi tanda centang.
Persyaratan suatu instrument penilaian adalah aspek validitas, realiabilitas, obyektivitas, kepraktisan dan pembedaan. Penilaian harus bernilai objektif, dilakukan berdasarkan tanggung jawab kelompok guru, rencana terkait dengan pelaksanaan kurikulum sesuai tujuan dan materi kurikulum dengan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta memberikan hasil yang akurat.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
2.      Proses dan metodologi penilaian
Ada berbagai macam model evaluasi yang dilakukan dalam mendisain proses dan metode penilaian. Model yang digunakan tergantung sesuai tujuan evaluasi. Ada 5 macam contoh model dalam evaluasi kurikulum:
a.       Model diskrepansi provus
b.      Model kontingensi-kontingensi stake
c.       Model CIPP Stufflebeam
d.      Model transformasi kualitatif eisnerl
e.       Model lingkaran tertutup corrigan
3.      Mengumpulkan menyusun dan mengolah data
Data yang dikumpulkan bagi evaluasi pada umumnya termasuk 2 kategori:
a.       Data “keras” berupa fakta seperti nilai test, absensi, pembiayaan dan sebagainya
b.      Data “lunak” seperti persepsi dan pendapat orang yang berbeda-beda.
Selanjutnya data yang terkumpul akan diolah secara statistic maupun analitik dan harus diuraikan dengan jelas dalanm metodologi penilaian.

4.      Menganalisa dan melaporkan data
Proses analisa data langsung berhubungan dengan tujuan evaluasi.
Laporan evaluasi biasanya terdiri dari 3 hal:
a.       Hasil- hasil, yaitu apa yang telah ditemukan berdasarkan data yang dikumpulkan
b.      Kesimpulan, yaitu keputusan yang dapat diambil berdasarkan data itu dan apakah data telah cukup memadai untuk mendukung keputusan itu
c.       Rekomendasi, apakah data cukup untuk mendukung kelangsungan kurikulum, ataukah disarankan agar dijalankan lanjutan penilaian agar diperoleh data yang lebih banyak.





BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kurikulum terdiri dari komponen-komponen yang membentuknya, dan antara komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Komponen kurikulum terdiri dari Tujua Kurikulum, Materi Kurikulum, Metode Kurikulum, dan Evaluasi Kurikulum. Sebagai mana tiap komponen memiliki peran-peran dalam menentukan agar tercipta kurikulum yang dapat berfungsi secara optimal.
Strategi menurut T. Rakjoni merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal-hal penting dalam strategi antara lain:
1.      Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
2.      Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
3.      Adanya sumber belajar, untuk mendukung strategi
Tahap-tahap dalam evaluasi pengembangan kurikulum:
1.      Merumuskan tujuan evaluasi
2.      Mendesain proses dan metodologi evaluasi
3.      Mengumpulkan, menyusun dan mengolah data
4.      Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil, kesimpulan dan rekomendasi.








DAFTAR PUSTAKA

Nasution, M.A. 1995. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Tim pengembang mkdp kurikulum dan pembelajaran. 2009. Kurikulum & Pembelajaran. Bandung.  jurusan kurtekpen upi

Kenzorahman. 2013. Kurikulum- Pembelajaran- Komponen. Html Kenzorahman.blogspot.com (diunggah tgl 28 April 2014 jam: 13:08)

Anisroiyatunisa. 2013. Komponen-Komponen-Pengembangan-Kurikulum. Html anisroiyatunisa.blogspot.com (diunggah tgl 28 April 2014 jam:13:23)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar