PEMBELAJARAN
PAI BERWAWASAN NON-TEHNOLOGIK
DENGAN
TEHNIK INTERNALISASI PADA PEMBELAJARAN
PAI SD/ MI KELAS 1
Disusun sebagai tugas
untuk memenuhi mata kuliah Strategi dan Metode Pembelajaran
Prodi PGMI Semester IV
Dosen: Achmad Fathoni,
M.Pd I
Disusun oleh:
DENOK MUKTIARI
NIM: 201180260014
PROGRAM
STUDI S1 - PGMI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM DIPONEGORO
TULUNGAGUNG
2013
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul “Pembelajaran PAI Berwawasan Non-Tehnologik dengan Tehnik Internalisasi pada
Pembelajaran PAI SD/ MI kelas 1” telah dapat kami selesaikan dengan sukses
dan lancar tanpa ada halangan yang melintang.
Sholawat
serta salam semoga senangtiasa di limpahkan kepada Rasullulah SAW. yang telah
membimbing umat manusia menuju kebenaran dan kejujuran supaya eksistensi
kemanusiaannya senang tiasa terpelihara.
Makalah ini telah tersusun dengan
sukses atas bantuan dan dorongan dari Bapak
Pembimbing atau Dosen Strategi dan Metode Pembelajaran serta partisipasi
teman-teman kami.
Oleh
sebab itu kami sampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya dan penghargaan yang
setinggi- tingginya kepada :
1. Bapak
Achmad Fahtoni, M.Pd I sebagai Dosen mata kuliah Strategi dan Metode Pembelajaran
2. Teman-teman
PGMI semester IV
Walaupun penyusun telah
berupaya dengan segala kemampuan, namun penyusun sadar bahwa makalah ini tidak
terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca.
Akhirnya kami berdoa semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi semua pihak.
Tulungagung,
Juni 2013
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
telah menjadi bagian manusia sejak manusia itu sendiri ada. Seiring dengan
perkembangan waktu, pendidikan semakin berkembang dan mengalami penyempurnaan.
Dan selalu ada usaha-usah kreatif untuk membangun pendidikan menjadi lebih baik.
Begitu
juga dengan pendidikan Islam yang bertitik tolak pada ranah praktek pendidikan
di sekolah atau studi pendidikan. Istilah pendidikan dalam perspektif Islam
didefinisikan menjadi 2 hal yaitu tarbiyah
dan ta’dib. Tarbiyah berarti
menstransfer perilaku, sikap dan perbuatan. Sedang ta’dib mengacu pada ilmu
yang bersifat kognitif.
Dasar
pendidikan Islam dengan ajaran Islam itu sendiri, yang berasal dari sumber yang
sama, yaitu Al Qu’ran dan Al Hadits. Kedua dasar ini dapat dikembangkan lagi
dengan ijtihad sebagi antisipasi terhadap perkembangan zaman. Kemudian dasar
ini kita tuangkan dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam yang menekankan pada
proses keseimbangan dunia akhirat. Sehingga pendidikan agama Islam berupaya
untuk 1) menanamkan ketaqwaan, 2) menanamkan pentingnya ilmu pengetahuan agar
manusia mau berfikir, 3) menanamkan amal sholeh, 4) mementingkan akhlak.
Tentunya
penyelenggaraan pendidikan agama Islam yang ada pada kurikulum satuan
pendidikan juga mengacu pada landasan dasar pendidikan Islam. Dalam hal ini
peran guru sebagi fasilitator diharapkan pandai dalam memilih strategi dan
metode yang tepat dalam penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Ada 3 hal penting yang harus dipahami seorang
guru dalam pencapaian pembelajaran. 1) aspek kognitif, 2) aspek afektif, 3)
aspek psikomotorik. Pada pembelajaran PAI, terdapat 3 model pembelajaran, yaitu
1) Pembelajaran PAI berwawasan tenologik, yang menekankan pada aspek kognitif
dan psikomotorik, 2) Pembelajarn PAI berwawasan non-tehnologik, menekankan pada aspek afektif, 3) Pembelajarn
PAI Terpadu, tang menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan,
yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pada
makalah ini yaitu akan membahas Pembelajaran
PAI Berwawasan Non-Tehnologik dengan Tehnik Internalisasi pada Pembelajaran PAI
SD/ MI kelas 1. Dimana di dalamnya menekankan nilai-nilai akidah dan akhlak
pada peserta didik.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasar
latar belakang di atas, maka makalah ini ingin mengetahui:
1. Bagaimana
kajian teoritis Pembelajaran PAI berwawasn Non-Tehnologik?
2. Bagaimana
analisis pembelajaran PAI berwawasn Non-tehnologik dengan Tehnik Internalisasi
Pada Pembelajaran PAI SD / MI di kelas 1?
3. Apa
saja hasil identifikasi kekurangan dan kelebihan tehnik pembelajaran
internalisasi pada pembelajaran PAI SD / MI di kelas 1?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Mengetahui kajian
teoritis Pembelajaran PAI berwawasan Non-Tehnologik
2.
Mengetahui analisis
pembelajaran PAI berwawasan Non-Tehnologik dengan Tehnik Internalisasi Pada
Pembelajaran PAI SD / MI di kelas 1
4.
Mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan Tehnik Pembelajaran Internalisasi Pada Pembelajaran
PAI SD / MI di Kelas 1
D.
Manfaat
Manfaat penyusunan makalah:
1.
Menambah wawasan, pengetahuan dan
informasi pengenai pembelajaran PAI.
2.
Sebagai referensi agar dapat
digunakan sebagai bahan kepustakaan sehingga bermanfaat bagi orang lain,
khususnya mahasiswa STAI Diponegoro Tulungagung.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian
Pembelajaran PAI Berwawasan Non-Tehnologik
Pembelajaran
PAI biasa dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran tehnologik bilamana
menyangkut aspek kognitif atau psikomotor. Tetapi kalau yang menyangkut aspek
penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai akidah dan akhlak agar mempribadi ke
dalam peserta didik, maka pendekatan
tehnologik dirasa tidak cukup. Karena itu diperlukan pendekatan lain yang
bersifat non tehnologik. [1]
Pesan-pesan
pembelajaran PAI tidak hanya menyangkut pada penguasaan materi dan keterampilan
menjalankan agama saja tetapi juga menyangkut aspek-aspek pembentukan perilaku
dan berakhlak mulia. Masalah kesadaran keimanan banyak mengandung masalah yang
abstrak, yang tidak hanya dilihatdari perilaku riil atau konkritnya. Dalam hal
ini pembentukan keimanan, kesadaran pengalaman ajaran agama Islam dan berakhlak
Islam, sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan agama Islam, memerlukan
proses yang cukup lama, yang sulit dipantau hasil belajarnya jika hanya
mengandalkan pada kegiatan belajar mengajar di sekolah saja. Inilah yang
dimaksud dengan pembelajaran non tehnologik. [2]
Berikut
beberapa ranah afektif yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran non
tehnologik:
1. Nilai
religious,
Sikap dan
perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama Islam
2. Meneladani
sifat-sifat nabi,
Meneladani
perilaku-perilaku yang terpuji dari beberapa kisah nabi
3. Jujur,
Perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan dan perbuatan.
4. Toleransi,
Sikap dan
tindakan yang menghargai beberapa perbedaan yang terdapat pada orang lain.
5. Peduli
social,
Sikap dan
tindakan selalu ingin membantu orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
6. Tanggung
jawab
Sikap dan
perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, sebagai makhluk ciptaan Allah.[3]
B.
Macam
Strategi dalam Pembelajaran PAI Non-Tehnologik
Agar
tujuan dari pembelajaran non tehnologik
bias tercapai maka perlu ditentukan, dipilih, dirancang organisasi isi/materi
pembelajaran yang berorientasi pada akidah akhlak tersebut dengan strategi
penyampaian dan pengelolaan.
Ada
beberapa macam srategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran nilai
(akidah-akhlak)[4]:
1. Strategi
tradisional
Dengan jalan
memberikan nasehat atau indoktrinasi, memberitahukan secara langsung
nilai-nilai mana yang baik dan yang kurang baik.
2. Strategi
bebas
Guru/ pendidik
tidak memberitahukan kepada peserta didik mengenai nilai-nilai yang baik,
tetapi peserta didik justru diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih dan
menentukan nilai mana yang akan diambilnya.
3. Strategi
reflektif
Mondar-mandir
antara menggunakan pendekatan teoritik ke pendekatan empiric. Atau dari ke
pendekatan deduktif dan induktif.
4. Strategi
transinternal
Cara
membelajarkan nilai dengan jalan melakukan transformasi nilai, dilanjutkan
dengantransaksi transinternalisasi. Guru dan peserta didik sama-sama terlibat
dalam proses komunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan komunikasi verbal
dan fisik, tetapi melibatkan komunikasi batin(kepribadian) antara keduanya.
C.
Pendekatan
Dari
berbagai strategi tersebut perlu dijabarkan ke dalam beberapa pendekatan dalam
pembelajaran nilai.
1.
Pendekatan pengalaman
Yaitu
pendekatan yang dilakukan guru dengan memberikan pengalaman langsung kepada
peserta didik dalam rangka pemahaman nilai, contoh anak diajak langsung dalam
kegiatan bakti social.
2.
Pendekatan pembiasaan
Yaitu
pendekatan yang dilakukan guru dengan cara membiasakan kegiatan rutinitas yang
tidak boleh ditinggalkan, contohnya jika bertemu teman mengucap salam, membaca
doa setiap melaksanakan sesuatu, dll.
3.
Pendekatan emosional
Yaitu
usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran
Islam serta dapat merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta
4.
Pendekatan rasional
5.
Pendekatan fungsional
6.
Pendekatan keteladanan
D. Metode
1.
Metode dogmatic
Metode
untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan cara menyajikan nilai-nilai
kebaikan dan kebenaran itu apanya tanpa mempersoalkan hakekat kebenaran itu
sendiri.
2.
Metode deduktif
Menyajikan
nilai kebenaran dengan cara menguraikan nilai-nilai kebenaran kepada sisiwa.
3.
Metode induktif
Dalam
memberikan pelajaran nilai dimulai dengan memberikan contoh-contoh kasus dalam
kehidupan sehari-hari kemudian menarik hakikat dari kebenaran itu.
4.
Metode reflektif
Gabungan
penggunaan dari metode deduktif dan induktif yakni pembelajran dengan
mondar-mandir, antara memberikan konsep secara umum kemudian melihat kasus atau
contoh dalam sehari-hari dan menarik kesimpulan.
E.
Tehnik
1. Tehnik
Indoktrinasi,
Yaitu penanaman
doktrin kepada peserta didik. Penanaman doktrin sifatnya hanya satu nilai
kebenaran dan siswa harus menerima kebenaran tersebut tanpa harus
mempertanyakan hakekat kebenaran itu.
2. Tehnik
moral reasoning
Siswa dihadapkan
problematic yang bersifat sederhana sampai yang kompleks, kemudian siswa
mendiskusikan dalam kelompok kecil dan mengadakan klarifikasi nilai dan memilih
nilai yang sesuai dan mengamalkannya.
3. Tehnik
meramalkan konsekuensi
Mengandalkan
kemampuan berfikir ke depan, untuk membuat proyeksi tentang hal-hal yang akan
terjadi dari penerapan suatu nilai tertentu.
4. Tehnik
klarifikasi
Guru
memperkenalkan dan memberi contoh nilai-nilai yang baik, siswa mengenali
kelebihan dan kekurangan contoh tersebut, selanjutnya adalah mengorganisasikan
tata nilai tersebut dalam diri siswa.
5. Tehnik
internalisasi
Guru
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang buruk hanya sebagai informasi
verbal, kemudian guru melakukan interaksi timbal balik kepada siswa, guru
member contoh sikap keteladanan dan siswa melaksanakan seperti apa yang
dicontohkan guru.
BAB III
ANALISIS PEMBELAJARAN
TEHNIK INTERNALISASI PADA KELAS 1
A.
Tahapan
Dalam Tehnik Internalisasi
Tehnik
ini sasarannya kepada tahap pemilikan nilai yang menyatu dalam kepribadian
siswa, atau sampai pada taraf karakterisasi atau watak. Tahapannya:
1.
Tahap transformasi
nilai
Guru
sekedar menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada
siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal. Contohnya, pada bab “hormat
dan santun kepada guru”. Tugas seorang siswa harus hormat dan perilaku sopan
terhadap guru.
2.
Tahap transaksi nilai
Melakukan
komunikasi 2 arah atau interaksi yang bersifat timbal balik. Contohnya;
indikatornya berperilaku sopan terhadap guru, dalam hal ini siswa dapat
menyebutkan dan mengamalkan sifat-sifat terpuji dengan membiasakan diri
berperilaku sopan.
3.
Tahap
transinternalisasi
Guru
bukan lagi hanya sebagai model secara fisiknya saja melainkan kepribadian guru
yang menjadi panutan dan tuntunan peserta didik. Demikian peserta didik
diharapkan bisa menirukan contoh dari guru.
Proses
transinternalisasi dimulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, antara
lain:
a. Menyimak,
menerima adanya stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang dikembangkan dalam sikap
afektifnya.
b. Menanggapi,
kesediaan siswa untuk merespon adanya nilai-nilai yang ia terima dan sampai ke
tahap memiliki kepuasan untuk merespon nilai tersebut.
c. Memberi
nilai, siswa mampu memberikan makna baru terhadap nilai-nilai yang muncul
dengan criteria nilai-nilai yang ia yakini kebenarannya.
4.
Mengorganisasi nilai
Yaitu
aktifitas siswa untuk mengatur berlakunya system nilai yang ia yakini sebagai
kebenaran dalam tingkah laku kepribadiannya sendiri, sehingga ia mempunyai satu
system nilai yang berbeda dengan orang lain. Contohnya guru memberikan sikap
pembiasaan apabila kita hendak melakukan sesuatu harus didahului dengan doa.
Misal doa ketika keluar rumah, awalnya mulai dari pembiasaan yang setengah
dipaksakan namun kelama-lamaan akan menjadi satu kebiasaan.
5.
Kharakteristik nilai
Yakni
dengan membiasakan nilai-nilai yang benar yang diyakini, dan yang telah
diorganisir dalam laku pribadinya, sehingga nilai tersebut sudah menjadi watak
yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupannya. Contoh pembisaan-pembiasaan
untuk mengucapkan kalimat thoyibah, dan menjauhi perkataan-perkataan yang
buruk.
B.
Penggunaan
Tehnik Internalisasi Dalam Pembelajaran PAI Kelas 1
Pembelajaran
PAI pada tingkat Sekolah Dasar khususnya kelas 1, adalah pembelajaran yang
sangat penting, karena ini merupakan awal dari anak menerima stimulus setelah
pengetahuan yang ia terima dari lingkungan keluarga. Hai ini sangat penting
sebagai pembentuk karakter atau kepribadian seorang siswa, terutama untuk
membentuk kepribadian Islam.
Wujud
pribadi muslim itu adalah; manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah,
tunduk dan patuhserta ikhlas dalam amal perbuatannya, karena iman kepada Allah.
Pola seseorang yang beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan yang
diperintahkan-Nya serta ikhlas dalam aktivitasnya, adalah dalam bentuk
keselarasan dan keterpaduan antara factor-faktor “iman”, “islam’, dan ‘ihsan”.[5]
Penggunaan
tehnik internalisasi adalah salah satu tehnik yang digunakan dalam pembelajaran
PAI non tehnologik. Dan telah dijelaskan
di atas apa saja tahap-tahapannya dalam kegiatan pembelajaran.
Tahap-tahap
internalisasi dalam pembelajaran PAI kelas 1,:
a. Aspek
akidah
1) Rukun
Iman,
Pertama guru
menjelaskan tentang Rukun Iman, kemudian guru memberikan pemahaman Rukun Iman.
Mulai dari cerita kisah sehari-hari, kisah-kisah Rosul, tentu diselingi dengan
hal-hal yang menarik sebagai motivasi siswa. Seperti menyanyi, pola
pembelajaran bermain, bermain tokoh dengan intonasi yang meyakinkan, dll. Dari
sini guru bisa memberi contoh teladan yang
diambil dari sifat-sifat Allah dan keteladanan kisah Rosul.
2) Rukun
Islam
Melafalkan,
menghafalkan, mengartikan dan mengamalkan
dua kalimat syahadat. Guru memberi contoh, siswa menirukan kemudian guru
member contoh teladan dan siswa diharapkan untuk mengamalkannya. Yaitu dengan
senantiasa mengucapkan dua kalimat syahadat sehabis wudhu dan dalam sholat.
b. Aspek
akhlak
1) Mengenal
Allah,
a. Guru
menerangkan bahwa Allah Maha Esa
b. Guru
menerangkan bahwa Allah Maha Pencipa dan Maha Pengatur Alam semesta.
c. Guru
mengaitkan materi dengan kehidupan sekitar, siswa memberikan umpan balik
d. Guru
member contoh teladan dengan cara menyayangi makhluk-makhluk ciptaan Allah.
2) Berperilaku
terpuji
a. Guru
menerangkan bahwa Allah menyayangi hambanya yang berperilaku terpuji.
b. Guru
memberi contoh macam-macam perilaku terpuji. Mulai dari sikap rajin,
tolong-menolong, hormat kepada kedua orang tua, menampilkan adab makan minum
yang baik.
c. Guru
menampilkan contoh teladan dalam kepribadian, siswa mempraktekkan nilai-nilai
kebaikan
C. Mengidentifikasi
Kekurangan Dan Kelebihan Teknik Internalisasi
1. Kekurangan
Tehnik Internalisasi
a. Apabila
seorang guru salah dalam memberikan pemahaman siswa cenderung tidak mau
melaksanakan apa yang diperintahkan guru.
b. Apabila
guru tidak mahir dalam membangkitkan motivasi belajar, maka siswa hanya
menganggap guru sebagai pendongeng. Dan nilai (akidah-akhlak) yang seharusnya
dapat diterima dan diamalkan siswa tidak dapat diserap.
c. Tehnik
ini tidak bisa maksimal apabila tidak diiringi dengan pendekatan lain, misalnya
pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, dll.
2.
Kelebihan Tehnik
Internalisasi
a. Siswa
dapat menerima apa yang disampaikan guru dengan mudah karena model utamanya
guru sebagai contoh teladan.
b. Siswa
dapat menanyakan langsung apa yang mereka alami dari pengalaman-pengalaman dari
interaksi timbal-balik guru dan siswa.
c. Guru
mudah menyampaikan isi pesan pembelajaran karena langsung dapat diambil dari
pengalaman kehidupan sehari-hari.
d. Isi
pesan pembelajaran mudah disampaikan tanpa garus melalui kegiatan belajar
mengajar di kelas.
BAB IV
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah
Mata Pelajaran : PAI
Kelas/ Semester : 1/ 2
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Standar Kompetensi :
-
Mengenal dua kalimat
syahadat
Kompetensi Dasar :
-
Melafalkan syahadat
tauhid dan syahadat rasul
-
Menghafalkan dua
kalimat syahadat
-
Mengartikan dua kalimat
syahadat
Indikator Pencapaian :
-
Melafalkan syahadat
tauhid dan syahadat rasul
-
Menghafalkan dua
kalimat syahadat
-
Mengartikan dua kalimat
syahadat
-
Mengamalkan dua kalimat
syahadat
Tujuan Pembelajaran :
-
Siswa mampu melafalkan
syahadat tauhid dan syahadat rasul
-
Siswa mampu
menghafalkan dua kalimat syahadat
-
Siswa mampu mengartikan
dua kalimat syahadat
-
Siswa mampu mengamalkan
dua kalimat syahadat
Materi Ajar :
RUKUN
ISLAM
-
Isi dari Rukun Islam
-
Dua Kalimat Syahadat
Metode Pembelajaran :
-
Pendekatan Pembiasaan
-
Tehnik internalisasi
-
Metode ceramah,
tanya-jawab, dan penugasaan
Kegiatan Pembelajaran :
Pertemuan 1
Pendahuluan
-
Guru mengucapkan salam
-
Salah satu siswa
meimpin do’a bersama
-
Guru mempresensi
kehadiran siswa
-
Guru membimbing untuk
membaca AL Fatihah bersama-sama (pendekatan pembiasaan)
-
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
-
Guru melakukan
apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang rukun islam
-
Guru membangkitkan
motivasi belajar siswa dengan mengajak bernyanyi bersama. Lagu “rukum islam
yang lima”
Inti
-
Guru menjelaskan garis
besar materi yang akan dipelajari siswa. ( tahap transformasi nilai)
-
Guru menjelaskan
pokok-pokok ajaran Islam (rukun islam)
-
Guru menjelaskan
kewajiban umat Islam.
-
Guru melakukan Tanya
jawab, “siapa yang sudah melaksanakan sholat?”(tahap transaksi nilai/ timbal
balik) ,”bagaimana rasanya apabila kita sudah melaksanakan sholat?” hati
menjadi tenang. ( tahap transintralisasi nilai/ menanggapi mengambil hikmah)
-
Guru menyimpulkan bahwa
umat islam berkewajiban untuk melaksanakan sholat. Karena dengan sholat kita
akan dekat dengan Allah. (tahap mengorganisasi nilai)
Penutup
-
Guru dan siswa membuat
kesimpulan materi pembelajaran
-
Guru memberi penguatan
dan pemahaman tentang materi pembelajaran
-
Guru memberi tugas
individu untuk dikerjakan dirumah
-
Guru menutup kegiatan
pembelajaran
-
Membaca hamdalah
bersama-sama
Pertemuan 2
Pendahuluan
-
Guru mengucapkan salam
-
Salah satu siswa memimpin
do’a bersama
-
Guru mempresensi kehadiran
siswa
-
Guru membimbing untuk
membaca AL Fatihah bersama-sama (pendekatan pembiasaan)
-
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
-
Guru melakukan
apersepsi dengan mengingatkan kembali materi yang sudah diajarakan pada
pertemuan 1
Inti
-
Guru memberikan contoh
melafalkan dua kalimat syahadat
-
Guru menjelaskan arti
dari dua kalimat syahadat
-
Guru meminta siswa satu
persatu untuk maju kedepan dan melafalkan dua kalimat syahadat.
-
Guru mengadakan Tanya
jawab untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak mengenai materi pembelajaran
yang telah dipelajari dengan cara bermain. (kuis) agar pembelajran tidak
membosankan.
Penutup
-
Guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari
-
Guru menutup kegiatan
pembelajaran
-
Guru member tugas untuk
dikerjakan di rumah
-
Berdoa bersama-sama
-
Guru mengingatkan untuk
selalu mengucapkan dua kalimat syahadat ketika sesudah wudhu dan dalam sholat
Pertemuan 3
Pendahuluan
-
Guru mengucapkan salam
-
Salah satu siswa
memimpin do’a bersama
-
Guru mempresensi
kehadiran siswa
-
Guru membimbing untuk
membaca AL Fatihah bersama-sama (pendekatan pembiasaan)
-
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
-
Guru melakukan
apersepsi dengan mengingatkan kembali materi yang sudah diajarakan pada
pertemuan 1
Inti
-
Guru meminta siswa
menyiapkan LKS
-
Guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal-soal. Tindak lanjut dari pembelajaran.
-
Siswa mengerjakan soal.
Penutup
-
Guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari
-
Guru menutup kegiatan
pembelajaran
-
Guru member tugas untuk
dikerjakan di rumah
-
Berdoa bersama-sama
-
Guru mengingatkan untuk
selalu mengucapkan dua kalimat syahadat ketika sesudah wudhu dan dalam sholat
Sumber Belajar :
-
Buku paket PAI kelas 1
-
LKS PAI kelas 1
Penilaian :
a. Penilaian
Proses : penilaian selama proses
pembelajaran
b. Penguasaan
Konsep : Tes Tulis
Mengetahui, Tulungagung, 2013
Kepala Sekolah Guru
Kelas
NIP. NIP.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pembelajaran
PAI berwawasan non tehnologik yaitu pembelajaran
PAI tidak hanya menyangkut pada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan
agama saja tetapi juga menyangkut aspek-aspek pembentukan perilaku dan
berakhlak mulia.
2. Strategi
dalam Pembelajaran PAI Non-Tehnologik
a. Strategi
tradisional
b. Strategi
bebas
c. Strategi
reflektif
d. Strategi
transinternal
3. Pendekatan
a.
Pendekatan pengalaman
b.
Pendekatan pembiasaan
c.
Pendekatan emosional
d.
Pendekatan rasional
e.
Pendekatan fungsional
f.
Pendekatan keteladanan
4. Metode
a.
Metode dogmatic
b.
Metode deduktif
c.
Metode induktif
d.
Metode reflektif
5. Tehnik
a. Tehnik
Indoktrinasi,
b. Tehnik
moral reasoning
c. Tehnik
meramalkan konsekuensi
d. Tehnik
klarifikasi
e. Tehnik
internalisasi
6. Tahapan Dalam Tehnik Internalisasi
a.
Tahap transformasi
nilai
b.
Tahap transaksi nilai
c.
Tahap
transinternalisasi
1) Menyimak,
2) Menanggapi,
3) Memberi
nilai
d.
Mengorganisasi nilai
e.
Kharakteristik nilai
7. Mengidentifikasi
Kekurangan Dan Kelebihan Teknik Internalisasi
a. Kekurangan
Tehnik Internalisasi
1) Apabila
seorang guru salah dalam memberikan pemahaman siswa cenderung tidak mau
melaksanakan apa yang diperintahkan guru.
2) Apabila
guru tidak mahir dalam membangkitkan motivasi belajar, maka siswa hanya
menganggap guru sebagai pendongeng. Dan nilai (akidah-akhlak) yang seharusnya
dapat diterima dan diamalkan siswa tidak dapat diserap.
b.
Kelebihan Tehnik
Internalisasi
1) Siswa
dapat menerima apa yang disampaikan guru dengan mudah karena model utamanya
guru sebagai contoh teladan.
2) Siswa
dapat menanyakan langsung apa yang mereka alami dari pengalaman-pengalaman dari
interaksi timbal-balik guru dan siswa.
3) Guru
mudah menyampaikan isi pesan pembelajaran karena langsung dapat diambil dari
pengalaman kehidupan sehari-hari.
4) Isi
pesan pembelajaran mudah disampaikan tanpa garus melalui kegiatan belajar
mengajar di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Acmad. 2012 “ Pelaksanaan Pembelajaran PAI” dalam “Strategi dan Metode Pembelajaran”.
Tulungagung. STAI Diponegoro
Ardiansyah,
M. Asrori. 2012 “Model Pengembangan
Kurikulum PAI” dalam “Majalah
Pendidikan” (malang: http://www.kabar-pendidikan.blogspot.com)
Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 143, “Lembar Kerja
PTK dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran”. . 2012. Kediri. Universitas
Nusantara Kediri
Said, Muhammad As. “Filsafat Pendidikan Islam”. 2009.
Yogyakarta: Mitra Pustaka
------------------.”Aqidah”. 2012. Jakarta. Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Terpadu
An
Nuur. “Lembar Kerja Siswa PAI”. 2012.
Tulungagung. Tim GPAI Kabupaten Tulungagung
[1] Acmad Fathoni, “ pelaksanaan
pembelajaran PAI” dalam “Strategi dan
Metode Pembelajaran”. h.24
[2] M. Asrori Ardiansyah, “Model
Pengembangan Kurikulum PAI” dalam “Majalah
Pendidikan” (malang: http://www.kabar-pendidikan.blogspot.com)
[3] Panitia Sertifikasi Guru Rayon 143 Universitas Nusantara Kediri, “Lembar Kerja PTK dan Pengembangan Perangkat
Pembelajaran”. Kediri. 2012. h.214-215
[4] Noeng Muhadjir, “strategi Pembelajaran Nilai.”1988, dalam Acmad
Fathoni, “Strategi dan Metode
Pembelajaran”.
[5] Muhammad As Said, “filsafat
Pendidikan Islam”.(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2009), h.31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar