Kamis, 12 Juni 2014

SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN



SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik, peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti. Instrumen Penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
A.    Macam-macam Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur.sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur, meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan dan sosial antara lain:
1.      Skala Likert
2.      Skala Guttman
3.      Rating Scale
4.      Semantic Deferential
Kelima jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur.
1.      Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.[1]
Contoh jawaban setiap item dalam instrumen yang menggunakan skala Likert berupa kata-kata dalam pilihan ganda  ataupun checklist dan diuraikan secara lebih terperinci, misal penggunaan kata-kata sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Contoh:
a.       Contoh bentuk checklist

No
Pertanyaan
Jawaban






SS
ST
RG
TS
STS

Sekolah ini akan menggunakan





1
 Tehnologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik

ѵ



2







SS = Sangat Setuju
ST = Setuju
RG = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

b.      Contoh bentuk pilihan ganda
Pertanyaan:
Kurikulum baru itu akan segera diterapkan di lembaga pendidikan Anda?
Pilihan jawaban:
a.       Sangat Setuju
b.       Setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Tidak Setuju
e.       Sangat Tidak Setuju

2.      Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif, dan lain-lain. Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata sangat setuju sampai sangat tidak setuju, maka dalam skala Guttman hanya ada 2 interval yaitu setuju atau tidak setuju. Penelitian ini dilakukan bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibentuk dalam bentuk cheklist.


Contoh;
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini?
Jawab:
a.       Setuju
b.      Tidak Setuju

3.      Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic differensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun cheklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Contoh:
Pertanyaan
*gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
Bersahabat                   5          4          3          2          1          tidak bersahabat
Tepat janji                   5          4          3          2          1          Lupa janji
Bersaudara                  5          4          3          2          1          Memusuhi
Memberi pujian           5          4          3          2          1          Mencela
Memercayai                 5          4          3          2          1          mendominasi

4.      Rating Scale
Dari  ketiga skala pengukuran diatas, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
 Rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi reponden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan,  kemampuan, dan proses kegiatan lainnya.
Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen.

B.     Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985).[2]
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur penelitia disebut instrumen penelitian.
Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan metode wawancara, maka didalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini, pewawancara menggunakan alat bantu. Secara minimal alat bantu tersebut berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan, serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima. Ancer-ancer ini disebut pedoman wawancara. Oleh karena pedoman wawancara ini merupakan alat bantu, maka disebut juga instrumen pengumpulan data. dengan demikian jika menggunakan metode wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara.[3]


C.    Jenis- jenis Instrumen Pengumpulan Data
Secara garis besar alat evaluasi dalam pengumpulan data ada 2 macam, yaitu tes dan non tes.
1.      Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Bebrapa macam tes, contohnya:
a.       Tes kepribadian
b.      Tes bakat
c.       Tes intelegensi
d.      Tes sikap
e.       Tes minat
f.       Tes prestasi
Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes.
2.      Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Kuesioner dapat dibedakan atas bebrapa jenis , tergantung pada sudut pandang.
a.       Dari cara menjawab:
1)      Kuesioner terbuka, responden dapat menjawab dengan kalimatnya sendiri
2)      Kuesioner tertutup, adanya pilihan jawaban
b.      Jawaban yang diberikan:
1)      Kuesioner langsung, responden menjawab tentang dirinya
2)      Kuesioner tidak langsung, responden menjawab tentang orang lain .
c.       Dari bentuknya;
1)      Kuesioner pilihan ganda
2)      Kuesioner isian
3)      Check list
4)      Rating Scale
3.       Interview atau wawancara
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Ditinjau dari pelaksanaannya , interview dibedakan atas:
a.       Interview bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja
b.      Interview terpimpin, pewawancara membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur,
c.       Interview bebas terpimpin, gabungan dari dua Interview diatas
4.      Observasi
Observasi sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Apa yang dikatakan ini sebenarmya adalah pengamatan langsung. Didalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.      Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.
2.      Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
5.      Skala Bertingkat atau Rating Scale
Skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan didalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat.
Rating scale dapat juga menghasilkan gambaran yang kasar dari jawaban responden sehingga tidak mudah percaya begitu saja. Hal-hal yang mempengaruhi tersebet antara lain persahabatan, kecepatan menerka, cepat memutuskan, jawaban kesan pertama, dan sebagainya
6.      Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,dan sebagainya. [4]



D.    Cara Menyusun Instrumen
Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang administrasi yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu maka peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian.
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.
Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya ‘tingkat kekayaan’ indikator kekayaan misalnya: rumah, kendaraan, tempat belanja,pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan, jenis olah raga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk indikator rumah, bentuk pertanyaannya misalnya:1) berapa jumlah rumah, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan dan sebagainya.
Untuk bisa menetapkan indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurnal) membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi pada orang yang dipandang ahli.[5]
1.      Pengadaan instrumen yang baik adalah,
a.       Perencanaan
b.      Penulisan butir soal
c.       Penyuntingan
2.      Pemilihan instrumen yang sesuai dengan metodenya.
a.       Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes
b.      Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner
c.       Instrumen untuk metode observasi adalah chek list
d.      Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman observasi atau dapat juga check list.[6]
3.      Waktu pemilihan metode
a.       Angket, digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan dapat menggungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia.
b.      Observasi, digunakan apabila objek penelitia bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil
c.       Wawancara, digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit
d.      Gabungan ketiganya, digunakan bila ingin mendapatkan dat yang lengkap, akurat dan konsisten.
E.     Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang non-test untuk mengukur sikap.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria didalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Kalau validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan.
Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan menghasilkan data tentang kepemimpinan, bukan motivasi. Penelitian yang mempunyai validitas eksternal bila, hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.

F.     Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1.      Pengujian Validitas Instrumen
a.       Pengujian Validitas Konstruksi (construct validity)
b.      Pengujian validitas isi (Content validity)
c.       Pengujian validitas eksternal

2.      Pengujian reliabilitas Instrumen
a.       Test-retest
b.      Ekuivalen
c.       Gabungan
d.      Internal Consistency.[7]


[1] Prof. Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2013, hal 134
[2] Ibid  hal:148
[3] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2013, Hal 192
[4] Ibid hal 139-150
[5] Prof. Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2013, hal:103-104
[6] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2013, hal 138
[7] Prof. Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2013, hal 121-132

2 komentar: